The Best Present

NOTE: “FF yang terpubblish tidak ada editing ulang oleh admin, FF murni karya author. Terimakasih sudah berpartisipasi dalam project ––Exo’s Member Birthday–– [April-Mei]”

the best present

Title/Judul : The Best Present

Author : Ping Xiao Lu

Cast : Lu Han, Oh Sehun, Park Min Young

Genre : Romance, Drama

*Happy Reading*

“Langit yang indah berhiaskan bulan dan beribu bintang. Aku duduk terpanah seakan tak ingin memalingkan pandangan ke lain arah. Sepucuk surat bertuliskan “Happy birthday anakku sayang”, Surat yang selalu menemaniku setiap tahunnya bersama kue tart dan lilin yang ku tiup sendiri tanpa ada orang disampingku hingga malam menenggelamkanku dalam kegelapan dan kesunyian”

****

(8 bulan kemudian)

Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah baru, Eldorado High School.

“Annyeonghaseyo, Jeoneun Lu Han imnida” ucapku saat perkenalan di depan kelas. Aku duduk dengan namja, namanya Oh Sehun. Entah apa yang membuat aku dan dia tampak cepat akrab. Dia adalah orang yang sangat menyenangkan. Sejak aku mengenalnya, Hidupku lebih berwarna dan aku tidak lagi kesepian. Teman – teman kami mengatakan kami sangat mirip. Meskipun kami tak ada hubungan saudara tapi aku menganggapnya seperti namdongsaeng-ku. Bahkan aku merasa dia adalah satu –satunya keluargaku. Eomma dan Appa memang masih hidup tapi  mereka tidak pernah ada waktu untukku. Mereka sangat jarang pulang ke rumah, karena sibuk mengurus bisnis di Cina. Hal itu yang membuat aku tidak betah di rumah. Namun sejak Sehun sering menginap di rumahku, aku lebih banyak meluangkan waktuku di rumah. Terlebih Sehun yang hidup sebatang kara, membuat dia semakin sering menemani hari-hariku.

****

“Hyung, mari kita pergi untuk minum Bubble tea bersama” ajak Sehun

“Ne, Kajja kajja. Bubble tea gratis” ucapku dengan antusias

“Bwo? Aniyo…” jawabnya, dan aku hanya tertawa melihat ekspresi mukanya yang tampak imut seperti anak kecil. Kami sering meluangkan waktu untuk minum bubble tea bersama. Kami selalu duduk di pojok toko dengan segelas bubble tea, saling berbagi cerita dan tertawa bersama.

****

(3 Bulan berlalu)

Pagi yang cerah. Aku memulai aktifitasku dengan bermain basket di Taman, dan tanpa sengaja…

“Plaakk” bolaku mengenai kepala yeoja yang sedang berjalan di Taman, akibat lemparan yang keras yeoja itu pun pingsan. Aku yang panik lalu membawanya ke rumahku, yang hanya berjarak 50 meter dari Taman. Aku menunggunya hingga dia sadar.

“Apa kau sudah sadar?” tanyaku dengan rasa cemas

“Siapa kamu? Kenapa aku bisa ada disini?” jawabnya

“Mianhae, aku tidak sengaja melempar bola dan mengenai kepalamu” ucapku dengan penuh penyesalan

“Geuraeyo? Hemm, Gwaenchanayo.” jawabnya dengan tersenyum.

“Naneun Lu Han imnida, Ileumi meoeyo?” ucapku sambil mengulurkan tanganku

“Naneun Park Min Young imnida” Jawabnya dengan membalas uluran tanganku.

Dan itulah awal perkenalan kami. Sebuah perkenalan singkat yang membuat kami sangat dekat. Kami sering keluar bersama, tertawa bersama dan saling berbagi cerita.

Apakah itu cinta? Entahlah, Terlalu cepat jika aku mengartikan itu sebagai cinta. Bukankah cinta itu tumbuh, cinta itu mengalir, seperti alunan lagu yang indah. Namun  kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang dia berikan, membuatku merasakan kehangatan saat di dekatnya.

****

Pada suatu malam, aku ingin bercerita pada Sehun mengenai kedekatanku dengan Young. Namun saat itu Sehun sedang mandi, dan aku menunggunya dengan berbaring di kamarnya. Aku tak sengaja melihat sebuah catatan yang ada di bawah bantal Sehun. Aku membuka catatan itu. Aku terkejut saat melihatan isi catatan itu adalah lukisan wajah Min Young. Ternyata Sehun sudah lebih dulu mengenal Young. Aku hanya terdiam dan mengurungkan niatku itu.

“Sehunnie.. Mianhae, aku menemukan catatan di bawah bantalmu dan aku membukanya. Siapa yeoja ini?” ucapku dengan jujur yang telah dengan sengaja membuka catatan pribadinya

“Dia adalah cinta pertamaku” jawabnya dengan jujur

“apa kalian sudah pacaran” tanyaku dengan penasaran

“Aniyo, kami hanya berteman” ucapnya

Aku hanya terdiam, namun batinku terus berbicara “Hanya teman, namun sangat jelas Sehun sangat mencintainya. Lalu mana mungkin aku merebut orang yang dia cintai. Sehun dan Young adalah orang yang sangat berharga dalam hidupku. Aku tak mau menyakiti Sehun. Terlebih Sehun yang sudah aku anggap sebagai namdongsaeng-ku”. Aku sangat gelisah dan masih tidak percaya. Bagaimana mungkin aku dan Sehun menyukai orang yang sama. Sebuah kebetulan yang menyakitkan bukan? Dan demi menjaga hubunganku dengan Sehun akhirnya aku mulai menjauhi Young. Aku tidak lagi bertemu dengannya. Aku pun tak pernah membalas SMS darinya. Aku benar – benar pergi dalam hidupnya. Namun bagaimanapun dia tetap ada dalam hatiku.

****

Saat aku dan Sehun sedang makan ramen bersama. Tiba – tiba….

“Hyung, hidung mu berdarah” ucap sehun dengan wajah yang tampak terkejut dan cemas

“Mwo?” Jawabku sambil mengusap darah yang keluar dari hidungku.

Sehun mengambilkan tisu lalu mengantarku ke toilet untuk membersihkan darah yang terkena ke bajuku.

Ini bukan pertama kalinya hidungku berdarah, akhir – akhir ini aku sering merasa lemas dan tiba- tiba mimisan. “Ada apa denganku? Apa aku sakit? Atau aku hanya kelelahan saja?” Batinku.

“Hyung, apa kau baik – baik saja?” tanya sehun

“aku tak apa. Aku hanya kelelahan saja” jawab ku dengan senyum

Sehun yang masih tampak cemas, langsung mengantarku pulang dan menyuruhku segera istirahat.

****

Rasa penasaranku pada gejala yang aku alami membuatku memberanikan diri untuk periksa ke Dokter. Namun dokter hanya menyuruhku melakukan tes di Lab untuk lebih memastikan penyakitku yang sebenarnya. Aku pun melakukan tes di Lab. Dan keesokan harinya aku kembali ke Rumah Sakit untuk mengambil hasil tesnya. Rasa takut akan penyakitku semakin membuat jantungku berdetak sangat cepat. Perlahan aku buka hasil tes itu, dan aku pun membacanya.

“Positif. Gagal ginjal stadium 3” ya seperti itulah yang aku baca

Tubuhku merinding dan sekujur tubuhku terasa lemas. Wajahku menjadi pucat. Hatiku sangat perih. Air mata pun tak terbendung. Aku ingin teriak seakan tak percaya atas apa uang baru saja aku baca.

“Tidak, ini pasti salah. Aku tidak mungkin gagal ginjal. Tubuhku pasti baik- baik saja. Aku hanya kelelahan, aku hanya butuh istirahat sebentar. Tubuhku sehat. Ini hanya mimpi. Bangunlah. Tuhan, katakan ini semua salah. Baru saja aku merasakan kasih sayang dari Sehun dan Young. Haruskah aku pergi secepat ini?. Aku harus baik- baik saja. Aku harus kuat. Appa, Eomma, aku butuh kalian. Aku tak kuat menanggung ini sendirian. Kalian dimana? Mari peluk aku, aku ingin menangis sekencang – kencangnya di pelukan kalian” Batinku yang masih sangat terpukul

Air mataku terus menetes. Hatiku semakin merasa sakit dan dadaku terasa sangat sesak. Emosi yang semakin meluap. Aku pun lari sekuat tenagaku, seakan aku ingin lari dari kenyataan ini. Kenyataan yang menyakitkan.

Tiba – tiba hidungku berdarah lagi. Tubuhku mulai lemas, tangisanku menjadi sangat menyakitkan, hatiku sangat pedih melihat darah yang tak kunjung berhenti keluar dari hidungku dan akhirnya aku pun pingsan.

****

“Luhan, apa kau sudah sadar?”

Sebuah suara yang sangat aku kenal, Min Young. Saat aku melihatnya aku pun ingin segera memeluk erat dirinya. Aku sangat merindukannya. Namun hatiku menjadi gundah.

“mengapa aku bisa disini?” tanyaku

“seseorang melihat mu pingsan dan membawa mu ke Rumah Sakit. Lalu dia menelfonku dengan ponselmu. Luhan, apa yang terjadi denganmu?” tanya Young yang tampak penasaran dengan penyakitku

“Aniyo, aku baik- baik saja” jawabku dengan tersenyum

“kau bohong. Mianhae, aku membaca hasil tes mu. Jangan berpura –pura di hadapanku. Aku tau kau pasti tidak kuat menahan sakit mu itu. jadi jangan menambah beban mu dengan berbohong. Berbagilah beban mu bersama ku” ucapnya dengan air mata yang membasahi pipinya.

Melihatnya menangis dihadapan ku membuat hatiku sangat pedih. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan mengusap air matanya. Hari demi hari berlalu, Young pun semakin sering bersamaku dan menemaniku saat  operasi cuci darah. Aku meminta Young untuk merahasiakan penyakitku pada siapapun. Sedangkan Aku dan sehun menjadi jarang bertemu. Aku yang selalu beralasan pergi ke Cina untuk menemui Eomma dan appa, agar Sehun tak mencariku dan mengkhawatirkanku. Sehun pun juga sibuk dengan pekerjaan barunya. Besok adalah ulang tahun Sehun. Aku sangat merindukannya. Aku ingin merayakan ulang tahunnya bersama-sama. Aku ingin minum bubble tea kesukaan kami. Pada hari ulang tahun Sehun aku memaksakan diri untuk pulang, namun Young menahanku karena kondisiku yang masih lemah. Aku terus memaksa dan akhirnya Young mau mengantarku pulang untuk menyiapkan ulang tahun Sehun. Sebelumnya Dokter juga menyuruhku untuk segera kembali dan melakukan operasi cuci darah. Young juga akan menemaniku untuk memberi kejutan pada Sehun. Meskipun sebenarnya aku tidak memberi tau Young tentang siapa yang ulang tahun.

****

Saat itu Sehun masih belum pulang kerja, sehingga aku dan Young menunggunya di dalam rumahnya. Untung saja, Sehun tidak mengubah tempat dimana dia menaruh kunci rumahnya, sehingga kami bisa masuk. Aku danYoung menghias rumah sehun, kue tart dan kejutan pun siap. Tampak suara ada seseorang yang sedang datang. Dan….

“Surprice.. Saeng-il chugha hamnida. saeng-il chugha hamnida. saranghaneun Sehun ui. Saeng-il chugha hamnida “ Aku dan Young menyanyikannya dengan semangat. Meskipun sebenarnya aku melihat Young seakan terkejut saat melihat Sehun. Begitupula dengan Sehun, namun dia tampak bahagia. Sehun menatap Young dengan penuh rindu.

“Young?” ucap sehun dengan lirih seakan masih tak percaya dengan yeoja yang ada di hadapannya saat itu

“kadoku indah kan Sehun-ssi?” ucapku sambil meledek sehun yang terpanah menatap Young. Sedangkan Young hanya terdiam.

“Hyung, aku merindukanmu. Gomawo Luhan hyung” balas Sehun sambil memelukku

“Saranghaeyo Sehun-ah” jawabku

Aku pun bercerita-cerita tentang pertemuanku dengan Young. Namun aku tak bisa menceritakan kedekatanku dengannya.  Tak lama tubuhku menjadi lemas, aku tak ingin Sehun dan Young khawatir jika mengetahui kondisiku. Akhirnya aku beralasan ada urusan yang sangat mendadak. Aku pun pergi meninggalkan mereka. Dari sudut pintu aku melihat mereka tersenyum, tertawa dan bahagia. “Mereka tampak serasi” batinku.

Aku segera menuju Rumah Sakit untuk melakukan operasi cuci darah. Namun tampaknya, operasi ini tidak berjalan lancar karena kondisiku yang semakin lemah akibat kelelahan mempersiapkan ulang tahun Sehun malam itu. Dan aku pun koma. Keesokan harinya Young datang untuk menjengukku. Untuk kesekian kalinya aku mendengar tangisannya. Tangisan yang sangat menyakitkanku.

4 hari berlalu, aku masih tak kunjung sadarkan diri. Dalam kondisiku yang sedang koma, aku masih bisa mendengar suara orang di sekitarku. Suara Eomma, Appa dan Sehun  yang menangis terus terngiang di telingaku. Entah bagaimana mereka bisa ada disini dan tau akan kondisiku.

“Luhan, Eomma dan Appa datang sayang. Segeralah sadar. Kami merindukanmu. Bangunlah sayang” ucap Eomma dengan tangisan yang tersenda- senda.

“Hyung, irona irona. Jebal nal ttonagajima” ucap Sehun dengan tangisan dan emosi yang seolah tidak tega melihat aku terbaring lemah.

2 hari kemudian, ada pendonor yang mau mendonorkan ginjalnya untukku. Aku pun melakukan operasi cangkok ginjal. Operasi yang berlangsung 5 jam itu, akhirnya berjalan lancar. Dan aku tidak lagi dalam kondisi kritis.

****

“Luhanie, apa kau sudah sadar?” ucap Young yang tengah duduk di dekatku saat itu

“apa yang terjadi?” tanyaku

“kau baru saja melakukan operasi cangkok ginjal” jawabnya

“Eomma, Appa, Sehun, dimana mereka?” tanyaku lirih yang masih tak kuat untuk berbicara

“mereka diluar, biar aku memanggilnya” jawab Young dengan tersenyum dan kemudian langsung keluar untuk  memanggil Eomma, Appa dan Sehun.

“cangkok ginjal, siapa orang yang sudah mendonorkan ginjalnya untukku?” batinku penasaran

Tak lama setelah itu…

“Saeng-il chughahamnida. saeng-il chughahamnida. saranghaneun Luhan ui. Je il saranghamnida!” Eomma, Appa, Sehun, dan Young menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku dengan membawa kue tart. Aku menangis terharu melihat orang- orang yang aku sayang ingat pada hari ulang tahunku. Namun tiba- tiba aku baru menyadari sesuatu. Air mata haru itu seketika berubah menjadi air mata kesedihan. Benakku mulai berpikir sesuatu yang tidak- tidak. Hatiku mulai gelisah.  Air mataku terus menetes dan tidak berbendung lagi.

“ada apa ini sebenarnya? Namja yang duduk dikursi roda itu, apa dia yang mendonorkan ginjalnya untukku?” batinku yang semakin tak tenang.

“Apa kau mendonorkan ginjal mu untukku?” tanyaku dengan linangan air mata

“Ne, terimalah hadiahku itu Hyung. Mianhae, aku tak bisa memberimu apa –apa. Aku hanya ingin kau tetap ada untukku. Saranghaeyo Luhan hyung” jawab Sehun  yang kemudian tersenyum manis padaku. Aku pun langsung memeluknya.

Terima kasih atas semua hadiah indah ini Tuhan. Eomma, Appa, Sehun, Young, ginjal ini dan kesempatan untuk hidup kembali adalah hadiah terbesar dalam hidupku. Kini Sehun resmi di angkat sebagai anak oleh Appa dan Eomma. Akhirnya dia benar- benar menjadi namdongsaeng-ku. Sehun memintaku  untuk menjaga Young. Entah apa yang membuatnya tampak begitu semangat saat menjodohkanku dengan Young, meskipun aku tau Young pernah ada dalam hatinya. Bukankah dia namdongsaeng yang sangat sempurna?

****

“Tahun lalu, di tempat ini aku melihat Bulan dan Bintang dengan kue tart dan sepucuk surat, tanpa seorang pun disampingku. Namun kini aku kembali melihat bulan dan bintang dengan duduk di atas kursi roda bersama Young dan Sehunnie-ku, mereka orang – orang yang sangat aku sayang. Aku sangat bahagia bisa mengenal mereka. Terima kasih hadiah terindahku. Wo ai nimen ^_^”

*The End*

Satu respons untuk “The Best Present

  1. wuaaah ceritanya manis,, awalnya aku baca luhan kena sakit ginjal stadium tiga terus rasanya jleg gitu wkwk terus aku kira yang bakal ndonorin malah young eh ternyata sehun wkwk semangat^^

    Suka

Don't Be A Siders~